materi tema 4 subtema 3 (Dongeng dan unsur yang terdapat didalamnya)

Pengertian Mendongeng
Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa, terjadi diluar nalar manusia yang penuh fantasi dan khayalan (fiksi). Dongeng dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Dongeng memang sudah menjadi pelajaran lama dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
            Beberapa pengertian dongeng menurut para ahli yaitu :
  1. Woolfson ( dalam Puspita : 2009) menyatakan hasil riset menunjukkan bahwa dongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak. Sebab ketika seseorang masih kanak-kanak, keadaan psikologisnya masih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Oleh sebab itu ketika faktor yang memengaruhi adalah hal yang positif maka emosi anak akan positif juga.
  2. Poerwadarminto (dalam Handajani, 2008: 13) menyatakan bahwa dongeng merupakan cerita tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan tentang kebenaran, berisikan pelajaran (moral), bahkan sindiran. Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan nasihat baik yang tersirat maupun tersurat.
  3. Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan. Unsur hiburan dalam dongeng dapat ditemukan pada penggunaan kosa kata yang bersifat lucu, sifat tokoh yang jenaka, dan penggambaran pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah-masalah sosial di masyarakat.
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika terhadap anak. Termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, kerendahhatian, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya. Bagi murid usia sekolah dasar (SD), ternyata mendongeng masih tetap selalu dinantikan. Cerita atau dongeng adalah salah satu media komunikasi guna menyampaikan beberapa pelajaran atau pesan moral kepada anak. Selain itu, tentu saja, metode-metode pembelajaran lainnya yang pada saat ini telah menggunakan teknologi canggih yang menarik untuk para peserta didik.
Telah terbukti bahwa menyampaikan pembelajaran dengan cara mendongeng pun tak kalah menariknya bila dibandingkan dengan pembelajaran melalui alat peraga atau alat bantu teknologi canggih. pesan moral dapat dengan mudah disampaikan kepada anak melalui sebuah cerita atau dongeng. Tidak ada batasan usia kapan anak mulai boleh mendengarkan dongeng. Anak-anak usia prasekolah dapat mendengarkan cerita sederhana tentang hewan.
Mendongeng bisa menjadi aktivitas berkomunikasi dengan anak yang mudah dan murah. Di samping itu, mendongeng juga bisa menjadi sarana efektif dalam menyampaikan pesan pada anak. Anak tidak merasa dinasehati atau digurui oleh orang tua/pendidik karena tercipta suasana menyenangkan. Anak pun diposisikan sebagai subyek aktif yang ikut bermain peran dan/atau melibatkan seluruh inderanya untuk larut dalam cerita. Materi dongeng dapat diambil dari buku cerita anak-anak yang memuat pesan moral atau dari kejadian sehari-hari yang berlangsung di sekitar lingkungan tinggal anak. Kegiatan mendongeng juga akan menumbuhkan kecintaan anak pada buku karena anak menemukan banyak hal positif yang bisa diperoleh dengan membaca buku. Dongeng bisa berpengaruh pada perkembangan fisik, intelektual, dan mental anak. Ini dikarenakan keterlibatan seluruh indera anak ketika mendengarkan dongeng. Kecerdasan kognitif anak terasah lewat keterampilan berimajinasi dan menyimpulkan makna yang terkandung dalam cerita. Keterlibatan secara aktif dalam aktivitas dongeng akan memberikan pengalaman konkret pada anak sehingga akan tertanam kuat dalam struktur kognitif anak.
Dongeng berpotensi memberikan sumbangsih besar bagi anak sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas, jati diri anak ditempa melalui lingkungan yang diusahakan secara sadar dan tidak sadar. Dongeng dapat digunakan sebagai sarana mewariskan nilai-nilai luhur kepribadian, secara umum dongeng dapat membantu anak menjalani masa tumbuh kembangnya. Anak-anak dapat memahami pola drama kehidupan melalui tokoh dongeng. Melalui dongeng, anak-anak akan terlibat dalam alur cerita dongeng dalam hal ini anak-anak menumbuhkembangkan intelektualitasnya. Dongeng mampu membawa anak melanglangbuana, memasuki dunia fantasi, menyeret mereka ke dunia antah-berantah dan membayangkan berbagai “kehidupan lain” yang tidak ada di dekat mereka, dalam hal ini dapat menumbuhkan dan menggerakkan daya ciptanya (Thobroni, 2008: 6-8).
B.     Jenis-Jenis Dongeng
Ada beberapa macam dongeng yang perlu kamu ketahui, berikut pembagian jenis-jenis dongeng.
  1. Mite adalah salah satu bentuk dongeng yang menceritakan mengenai hal-hal gaib seperti cerita dewa, hantu, peri, dan hal-hal gaib lainnya.
  2. Sage adalah cerita dongeng yang menceritakan tentang kepahlawanan, keperkasaan, dan kesaktian dari seseorang tokoh.
  3. Fabel adalah bentuk dongeng yang tokoh utamanya adalah hewan yang memiliki perilaku seperti manusia.
  4. Legenda adalah dongeng yang menceritakan tentang peristiwa atau kejadian atau asal-usul dari suatu tempat atau benda.
  5. Cerita jenaka adalah cerita yang berisi tentang kejadian-kejadian lucu yang menghibur siapa saja yang menontonnya.
  6. Cerita pelipur lara adalah cerita yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu dan menggunakan media seperti wayang dan alat lainnya.
  7. Cerita perumpamaan adalah bentuk dongeng yang mengandung kiasan/ibarat nasihat-nasihat.
C.    Metode Mendongeng
Ada suatu ungkapan ”Seorang  Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pengasuh anak-anak (guru, tutor) keahian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati. Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita , yang mampu mengarahkan secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode bercerita. Tulisan ini kami susun dengan maksud agar menjadi salah satu bahan pengayaan ketrampilan mendidik anak, bagi para pendidik anak usia dini dalam kegiatan kepengasuhan yang mereka lakukan.
D.    Manfaat Mendongeng
Ø  Menurut para ahli pendidikan bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu :
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai mora dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia
Ø  Berikut adalah beberapa manfaat lain dari dongeng bagi anak :
1.      Media Menanamkan Nilai dan Etika
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya.
2.      Memperkenalkan Bentuk Emosi
Dari dongeng yang diberika, pastinya memiliki karakter dan tokoh yang berbeda-beda. Sebagai orang tua, Anda harus memahami makna daro dingeng tersebut, sehingga Anda bisa memberikan penekanan tertentu  pada dialog dan ekspresi. Selain itu, Anda juga bisa menceritakan emosi para tokoh seperti emosi negatif dan positif. Hal ini akan membantu anak dengan masalah agresifitas dan mengajarkan untuk berempati pada sesama temannya.
3.      Mempererat Ikatan Batin
Bagi orang tua yang memiliki kesibukan yang padat, mendongeng adalah salah satu trik untuk mendekatkan diri pada anak Anda. Kesibukan Anda membuat Anda tidak dapat bermain dengan si kecil setiap saat. Oleh karena itu, pergunakan waktu senggang Anda dirumah untuk memberikan cerita atau dongeng pada anak Anda.
4.      Memperluas Kosa Kata
Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu. Orang tua bisa menggunakan dongeng sebagai media untuk memperkenalkan kosa kata asing pada anak yang pastinya akan berguna disekolahan nantinya.
5.      Merangsang Daya Imaginasi
Selain membacakan cerita atau dongeng dari buku, Anda bisa membuat cerita singkat tanpa panduan buku. Kemudian, pandulah anak Anda untuk melanjutkan cerita tersebut  berdasarkan imaginasi mereka sendiri. Ajukan juga beberapa pertanyaan untuk memancing daya imaginasinya.
Ø  Puspita (2009) menyatakan terdapat empat manfaat dari dongeng, yaitu:
1.      Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika berhadapan dengan dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya.
2.      Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan audiens.
3.      Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika.
4.      Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak.
E.     Bagaimana Persiapan Mendongeng?

Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1.     Pemilihan Tema dan judul yang tepat.
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia misalnya;
a.   Sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gi as, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
b.   Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c.   Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.
2.      Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:
a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3.      Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
Struktur Dongeng
Sebuah dongeng dibangun oleh tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, isi atau peristiwa, dan penutup. Berikut penjelasan dari masing-masing bagian dari dongeng.
  1. Pendahuluan, berisi kalimat pengantar untuk memulai dongeng.
  2. Isi (Peristiwa), bagian penting dari dongeng yang isinya mengenai urutan kejadian dari suatu peristiwa.
  3. Penutup, bagian akhir cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita.
H.    Ciri-Ciri Dongeng yang Benar
Seperti layaknya cerita-cerita yang lain, dongeng memilki beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Berikut beberapa ciri-ciri dongeng yang benar.
  1. Diceritakan dengan alur yang sederhana.
  2. Alur cerita singkat dan cepat.
  3. Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.
  4. Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.
  5. Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.
  6. Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa.
I.       Unsur-Unsur Mendongeng
Ø  Unsur intrinsik Dalam Dongeng
1. Tema
Tema adalah masalah inti yang merupakan dasar untuk sebuah cerita. Oleh karena itu, dalam rangka untuk mendapatkan tema dalam cerita, pembaca harus membaca cerita untuk menyelesaikan. Tema cerita rakyat akan terkait dengan pengalaman hidup. Biasanya cerita rakyat tema mengandung unsur-unsur alam, peristiwa sejarah, sihir, dewa, misteri, dan hewan.
2. Latar Belakang Atau Pengaturan Pada Dongeng
Latar belakang informasi tentang waktu, suasana, dan juga lokasi di mana cerita rakyat berlangsung.
  • Lokasi latar belakang atau tempat
Lokasi latar belakang informasi tentang cerita yang menjelaskan di mana cerita berlangsung. Sebagai contoh pengaturan lokasi cerita di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di surga dan lain-lain.
  • Latar Waktu
Waktu latar belakang saat peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi, di zaman kuno, pada malam hari, bertahun-tahun, saat matahari terbenam dan lainnya.
  • Latar Belakang Suasana
Informasi latar belakang bahwa Suasana adalah suasana dalam hal tempat dongeng. Misalnya, latar belakang adalah suasana kehidupan masyarakat hidup dalam damai dan kemakmuran, orang hidup dalam ketakutan karena kejam, hutan raja menjadi ramai setelah Purbasari tinggal di sana, dan lainnya.
3. Tokoh
Tokoh merupakan pemeran pada sebuah cerita rakyat. Tokoh pada cerita rakyat dapat berupa hewan, tumbuhan, manusia, para dewa dan lainnya.
  • Dengan penokohan sifatnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Karakter utama (biasanya protagonis) yang menjadi tokoh sentral dalam cerita.
Angka-angka ini berperan dalam sebagian besar seri cerita, dari awal hingga akhir cerita. Secara umum, tokoh utama ditampilkan sebagai tokoh yang memiliki kualitas yang baik. Akan Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menemukan karakter utama diceritakan lucu, unik atau bahkan jahat.
2. Lawan yang menonjol (biasanya antagonis).
Antagonis dalam arti karakter yang selalu berlawanan dengan protagonis. Secara umum, antagonis ditampilkan sebagai tokoh “hitam”, angka itu adalah kejahatan.
3. Tokoh pendamping (tritagonis). Tritagonis pemain pembantu.
Dengan cara menunjukkan penokohan karakter dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Yaitu sosok karakter langsung dikenali pembaca karena telah dijelaskan oleh penulis
2. Secara tidak langsung karakter segera dikenali bahwa pembaca karakter untuk menarik kesimpulan sendiri dari dialog, latar belakang suasana, perilaku, penampilan, lingkungan, dan aktor-aktor lain.
4. Alur
Sebuah urutan kejadian dalam cerita rakyat yang. Biasanya cerita rakyat meliputi lima rangkaian acara yang selama pengenalan (Pembukaan), sementara pengembangan, sementara perselisihan (konflik), ketika kesudahan (rekonsiliasi), dan tahap terakhir adalah waktu penyelesaian. Secara umum, aliran dibagi menjadi tiga jenis:
  • Alur maju
  • Alur mundur
  • Alur campuran
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, atau dengan kata lain dari titik di mana penulis melihat cerita. Sudut pandang telah pernanan sangat penting untuk kualitas cerita. Sudut pandang umumnya dibagi menjadi dua :
  • Sudut pandang orang pertama: Penulis bertindak sebagai orang pertama yang bisa menjadi karakter utama dan karakter tambahan dalam cerita.
  • Sudut pandang orang ketiga: Penulis adalah luar cerita dan tidak terlibat secara langsung dalam cerita. Penulis menjelaskan karakter dalam cerita dengan menyebutkan nama karakter atau orang ketiga mengatakan bahwa “dia, mereka”.
6. Amanat atau pesan moral
Adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan mengatakan bahwa pembaca mendapat pelajaran dari cerita.
7. Majas (Gaya Bahasa)
Gaya bahasa merupakan diaolog yang di gunakan dalam dongeng tersebut.
Ø  Unsur ekstrinsik Dalam Dongeng
Unsur ekstrinsik merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penciptaan sebuah artikel atau karya sastra. Bisa dikatakan unsur ekstrinsik adalah subjektif milik seorang penulis yang bisa menjadi agama, budaya, kondisi sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra diciptakan.
Unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat biasanya meliputi:
  • Budaya dan nilai-nilai yang dianut hem.
  • Tingkat pendidikan.
  • Kondisi sosial di masyarakat.
  • Agama dan kepercayaan.
  • Politik, ekonomi, hukum.
 sumber: http://sadela04pgsd.blogspot.com/2017/10/materi-tentang-mendongeng-cerita.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

macam-macam tempo pada lagu (materi tema 5 subtema 3)

Hal yang harus diperhatikan dalam bernyanyi ( materi tema 5 subtema 2)

Pemanfaatan energi matahari dalam Kehidupan sehari- hari